Beranda | Artikel
Meneladani Cara Kerja Seorang Cleaning Service Bernama Cii (bagian 3)
Selasa, 1 April 2014

Sebelumnya, saya sudah menceritakan kisah tentang Ci’i yang tampak sangat menikmati kehidupannya sebagai seorang cleaning service. Beliau mampu menjaga amanah, santai, dan ….  bagian ini akan menjawab titik-titik tadi. Saya berharap nantinya setelah membaca serial ini sampai habis, kita semua bisa melihat para petugas kebersihan dengan kacamata yang baru. Semoga …. bismillah ….

tukang sapu

Fokus

Selain terlihat santai, Ci’i juga bekerja dengan tingkat fokus yang sangat tinggi. Tidak seperti para pegawai atau bahkan pengusaha era sekarang yang sering dihinggapi dan merespon banyak “gangguan” pada saat kerja, Ci’i justru sebaliknya. Ketika bekerja, saya tidak pernah melihat beliau menggosip atau meng-ghibah sana-sini. Hehehe .. mungkin karena beliau bekerja sendirian kali ya. Tidak pernah saya mendengar beliau mengurusi kejelekan orang lain atau menceritakan sesuatu yang tidak jelas kebenarannya. Baik secara verbal maupun via BBM (Blackberry Messenger). Apa? BBM? Memangnya Ci’i punya hape?

Di samping itu, Ci’i juga tidak ternah kedapatan sedang update status atau mengecek email yang masuk pada saat sedang bertugas. Beliau tidak pernah mengupload fotonya ketika sedang mencuci piring atau mengepel lantai. Tidak, beliau tidak melakukan itu. Maklum, jangan-jangan beliau juga tidak mendaftar dan tidak tahu menahu soal jejaring sosial yang super terkenal itu. Jangankan facebook, soal internet saja beliau mungkin tidak mau tahu. Ketika sedang kesal atau lelah, Ci’i juga tidak duduk untuk bermain-main dengan game farmville atau Plant vs Zombie. No she doesn’t care about those stuff. Not at all ….

Tidak membesar-besarkan masalah kecil

Lepas dengan ketiga bidang tadi, urusan Ci’i di lantai atas belumlah selesai. Kali ini beliau harus menuju area kamar mandi dan tempat wudhu. Di area ini, dua kamar mandi berubin warna merah maroon sudah menunggu. tantangan untuk Ci’i adalah mencuci piring, gelas, sendok, dan barang pecah belah lainnya. Meskipun terlihat agak eneg – setidaknya buat saya – tapi bagi Ci’i itu sudah lumrah. Piring dan teman-temannya tadi bukanlah alien dari luar angkasa yang pantas untuk dijauhi. Ci’i akan mengambil pembersih kemudian mencuci dan membilasnya. No compromise … pasti bersih.

Di area seputaran kamar mandi ini, Ci’i juga seringkali berhadapan dengan masalah tersumbatnya saluran pembuangan air. Tersumbatnya saluran pembuangan bisa menyebabkan menggenangnya air yang berasal dari keran yang biasa digunakan oleh para pegawai untuk berwudhu, cuci tangan, atau cuci piring. Untuk dua aktivitas yang pertama, implikasinya mungkin tidak terlalu mengkhawatirkan karena air bekas wudhu dan cuci tangan biasanya tidak terlalu kotor. Tapi tidak demikian dengan air bekas mencuci piring. Kita semua mungkin tahu bahwa air sisa cuci piring biasanya berwarna-warni, meski tidak seindah gugusan pelangi. 

Meskipun kasus di atas seharusnya tergolong berat dan sangat merepotkan beliau, namun Ci’i tidak pernah terlihat membesar-besarkan masalah. Kalau mengeluh sih iya, tapi itu masih dalam batas kewajaran. Saya seringkali mendengar beliau mengucapkan kata-kata “huh” atau “aduh …” di saat genangan air itu terjadi. Tapi seumur-umur bekerja di DPPKAD, belum pernah saya melihat beliau mencak-mencak atau mungkin menggelar aksi demo menuntut perbaikan saluran pembuangan air tadi. Dan subhanallah, lambat laun akhirnya kasus tersumbatnya air ini pun akhirnya bisa kelar juga. Sekali lagi, beliau mengeluh, tapi tidak ribut-ribut. Ah, mungkin Ci’i tahu bahwa keributan tidak akan bisa menyelesaikan masalah.

Di lantai pertama

Setelah menyelesaikan tugasnya dengan cepat, Ci’i kemudian menuju lantai pertama. Di lantai dasar ini, ada ruang milik dua bidang yang sudah menunggu untuk dibersihkan, bidang anggaran dan bidang pendapatan. Sama seperti lantai atas, lantai pertama yang biasa dijejali oleh para tamu ini juga memiliki dua kamar mandi, tapi dengan satu “handicap” tambahan, yakni teras di empat sisi kantor; teras depan dan belakang plus teras samping kiri dan kanan. 

Keempat sisi teras yang setiap harinya diinjak oleh ratusan pasang sepatu ini tentu saja tidak cukup untuk dibersihkan kalau hanya dengan bantuan sapu. Harap maklum, sapu hanya bisa membersihkan kotoran yang kering. Untuk kotoran atau noda yang basah dan sudah terlanjur melekat ke lantai, mau tidak mau Ci’i harus membersihkannya dengan tongkat pel kayunya. Dan ini beliau lakukan setiap hari. 

 


Artikel asli: https://pengusahamuslim.com/2760-meneladani-cara-kerja-1466.html